30 PASPOR DI KELAS SANG PROFESOR

Buku ini bercerita tentang kejadian yang terjadi di kelas Profesor Rhenald Kasali, dimana sang penulis JS Khairen sebagai asisten dosen Pemasaran Internasional di Fakultas Ekonomi UI.
Sang professor prihatin karena jutaan manusia Indonesia sangat takut “menjelajah “dunia baru yang belum dikenalnya. Kebanyakan orang orang Indonesia justru menghindari kegagalan, kesasar atau segala sesuatu yang menyulitkan. Padahal keunggulan yang dicapai manusia kelak tak pernah lepas dari seberapa hebat ia berlatih menhadapi aneka kesulitan dan tantangan kehidupan.
Menurut Prof Renald, bepergian ke tempat baru, dengan informasi, uang, waktu dan pengetahuan terbatas sesungguhnya bisa mengubah nasib manusia. Sesungguhnya anak kita para remaja dan mahasiswa sudah punya punya kemampuan men-drive diri (self) mereka untuk mampu mencari “jalan keluar sendiri”.
Dari keinginan merubah sikap sebagai “passenger” menjadi “self driver” , Prof Rhenald memilih untuk “merevolusi cara berfikir”mahasiswanya. Setiap awal semester mahasiswa ditantang untuk membuat passport. Mahasiswa di provokosi dengan mengatakan; “ternyata TKW lebih siap menghadapi tantangan dari mahasiswa yang Cuma duduk manis di kelas”.
Seminggu setelah membuat paspor mereka sudah harus membuat rencana kunjungan ke Luar Negeri. Satu Negara hanya boleh dikunjungi oleh satu mahasiswa dan tujuannya ke Negara-negara yang tidak sama bahasa dan budaya dengan Indonesia. Jadi tidak boleh ke Singapore, Malaysia, Brunei atau Timor Leste. Sebab mereka tidak akan merasakan perbedaan dan tidak mungkin ke sasar di sana.
Tentu saja program ini akan mendapat banyak tantangan dari kampus terkait ketidaksesuaian dengan kurikulum dan mengganggu kuliah mata pelajaran lain, sementara dari orang tua adalah kekhawatiran akan keselamatan anaknya, belum lagi masalah biaya. Akan tetapi begitu mereka semua kembali, Prof Rhenald menemukan kebanggaan besar dari anak-anak tersebut, mereka telah berubah dari seorang burung dara menjadi seekor Rajawali. Dan mereka yang dididik dengan cara seperti ini ternyata lebih berhasil dalam karir. Lebih punya karakter dan leadership.
Setiap awal perkuliahan Prof Rhenald,selalu bertanya kepada mahasiswa baru, siapa yang sudah punya paspor, ternyata hanya 5% dari mereka. Tapi 90% pernah terbang, artinya mereka sebagian besar Cuma pelancong lokal. Kemudian mereka yang tidak punya passpor di suruh mengurus paspor (surat ijin memasuki dunia global). Tanpa paspor manusia akan kesepian, cupet – terkurung dalam kesempitan, menjadi pemimpin yang steril.
Di buku ini diceritakan kejadian yang di alami burung dara ketika belajar terbang. Berikut beberapa cuplikannya ;
“Aku merasa bahwa perjalanan ini sama seperti kehidupan. Prosesnya bisa saja menyebalkan, menyakitkan atau membuat mati rasa. Tapi ketika kamu sudah sampai ditujuan, semua beban rasanya sirna”—Ragil Caltra Larasati
“Yang kita butuhkan adalah kemampuan warna-warni situasi di dunia nyata yang kadang tidak dijelaskan dibuku-buku teks”—-Abdurrahman
“Manusia mempunyai kemampuan yang lebih dari dirinya sendiri pikirkan, kata Pak Rhenald. Perjalanan ini merupakan sebuah momen kehidupan bagiku dan mahasiswa lainnya untuk menguji kemampuannya “—Farah Aulia Putri
“Di sini aku sadar bahwa apapun yang terjadi nanti selama perjalananku, aku harus bisa berfikir dan mengambil keputusan dengan cepat”. —Diana Ridha
“Jika banyak warga Indonesia yang masih mengeluh dengan Negara surga ini (Indonesia). Mereka harus pergi ke tempat-tempat yang lebih membuat mereka mengeluh”—Handy Suberlin